LANDASAN SOSIAL BUDAYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Latar Belakang
Arus
modernisasi disamping berdampak positif, seperti diperolehnya kemudahan dalam
bidang komunikasi dan transportasi. Disisi lain ternyata tlah melahirkan dampak
yang kurang menguntungkan, yaitu dengan menggejalanya berbagai problema yang
semakin kompleks, baik yang bersifat personal maupun sosial. Kehidupan yang
terlalu berorientasi kepada kemajuan dalam bidang material (pemenuhan kebutuhan
biologis) telah menelantarkan supra empiris manusia, sehingga terjadinya
pemiskinan rohaniyah dalam dirinya. Kondisi ini ternyata sangat kondusif bagi berkembangnya masala-masalah pribadi dan
sosialyang terekspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman seperti
perasaan cemas, stress, dan perasaan terasing, serta terjadinya penyimpangan
moral atau system nilai.
Dalam
suatu penelitian terhadap masyarakat barat dikemukakan bahwa akibat sampingan
dari gaya hidup modern, seperti dinegara-negara industry adalah munculnya
berbagai problem social dan personal yang cukup kompleks. Problem tersebut
seperti (1) ketegangan fisik dan sikis, (2) kehidupan yang serba rumit, (3) kekhwatiran
atau kecemasan akan masa depan, (4) makin tidak manusiawinya hubungan antar
individu, (5) rasa terasing dari anggota keluarga dan anggota masyarakat
lainnya, (6) rengganya hubungan kekeluargaan, (7) terjadinya penyimpangan moral
dan system nilai.
Masalah lain sebagai dampak negatf dari
kehidupan modern ini adalah semakin kompleksnya jenis-jenis dan syarat-syarat
pekerjaan, jenis dan pola kehidupan, jenis dan kesempatan pendidikan, persaigan
antar individu, dan sebagainya. Dengan demikian individu dituntutuntuk lebih
mampu menghadapi bebagai masalah seperti masalah penyesuaian diri, masalah
pemilihan pekerjaan, dan masalah-maslah hubungan sosial. Dapat dimaklumi bahwa
tiap individu dapat berhasil dengan sebaik-baiknya mengatasi masalah-masalah
yang dihadapinya. Dalam hal ini individu-individu tertentu perlu mendapatkan
bantuan yang memadai dalam usaha mengatasi tantagan yang ditimbulkan oleh
maslah-masalah yang dihadapinya itu.
Sekolah
tidak dapat melepaskan diri dari situasi kehidupan masyarakat, dan mempunyai
tanggung jawab untuk membantu para siswa atau peserta didik baik sebagai
pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat. Sebagai suatu lembaga
pendidikan formal, sekolah bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan
siswa agar berhasil menyesuaikan diri dimasyarakat dan mampu memecahkan bebagai
masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, siswa hendaknya dibantu, agar apa
yang mereka terima disekolah merupakan bekal untuk menjadi anggota masyarakat
yang mandiri dan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Didalam
situasi inilah bimbingan dan konseling akan terasa diperlukan sebagai suatu
bentuk bantuan kepada siswa. Program bimbingan dan konseling membantu
berhasilnya program pendidikan pada umumnya.
B. Faktor-Faktor
Sosial Budaya yang Menimbulkan Kebutuhan akan Bimbingan
Kebutuhan akan
bimbingan timbil karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang
terlibat dalam kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur masyarakat dan
keadaannya semakin banyak dan rumit
pulalah masalah yang dihadapi oleh individu yang terdapat dalam masyarakat itu.
Jadi
kebutuhan akan bimbingan timbul karena
terdapat factor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu
hidup. Faktor-faktor itu diantaranya sebagai berikut. (John J.Pietrofesa dkk,
1980; M.Surya & Rochman N,. 1986;
dan Rochman N., 1987).
a.
Perubahan
Konstelasi Keluarga
Pada tahun 1970
keluarga di Amerika mengalami perubahan yang cukup berarti seperti: melemahnya
otoritas pria (suami), meningkatnya tuntutan kesamaan hak bagi kaum perempuan,
dan merekatnya kedekatan hubungan antar anggota keluarga.Suatu artikel yang
berjudul “Typical American Family-A Vinishing Institution” menyimpulkan hasil penelitian dan pemikiran
sejumlah para ahli nasional tentang keluarga sebagai berikut:
1.
Anak-anak diasuh secara berbeda dan
sering dilakukan oleh oeang luar (outsiders)
2.
Ibu merasa dihantui oleh perasaan
bersalah pada saat meninggalkan anak-anaknya
untuk pergi bekerja.
3.
Perceraian masalah lain yang
menyertainya terus meningkat.
4.
Keluarga kehilangan fungsi ekonomi,
karena kaum perempuan menjadi lebih mandiri dalam bidang financial.
5.
Pasangan suami istri cenderung kurang
berminat untuk mempunyai anak.
Terkait
dangan masalah keluarga yang disfungsional, Stephen R. Covey (1997)
menngemukakan sekitar 30 tahun yang lalu terjadi perubahan situasi keluarga
yang sangat kuat dan dramatis , yaitu terjadinya peristiwa berikut:
1)
Angka kelahiran anak yang tidak
sahmeningkat menjadi 400%.
2)
Persentase oarang tua tunggal (single
parent) telah berlipat ganda.
3)
Angka perceraian yang terjadi telah
berlipat ganda, banyak pernikahan yang berakhir dengan perceraian.
4)
Peristiwa bunuh diri dikalangan remaja
meningkat sekitar 300%.
Ketidak fungsian keluarga yang menghasilkan
dampak negatif bagi kehidupan moralitas anak telah mendapat perhatian
organisasi wanita se-asia psifik (Pan Pacific South East Asia Women’s
Associaton, PPSEAWA). Konferensi itu menyimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi
dalamkeluarga di abad 20 semakin buruk. Oleh karena itu, tidak boleh kaget
apabila kenakalan remaja, kekerasan dan tindak criminal yang dilakukan anak-anak muda akan semakin mewabah.
Untuk
memelihara keutuhan atau keharmonisan keluarga memang tidak mudah, karena
banyak factor yang mempengaruhinya, baik factor internal (dalam keluarga itu
sendiri) maupun factor eksternal.Faktor internal terkait dengan sikap dan
perlakuan orang tua, atau keberfungsian keluarga. Sehubungan dengan hal itu
Djawad Dahlan (1989) mengemukakan bahwa termanifestasikannya rasa cinta dalam
tingkah laku setiap anggotakeluarga yang tanpa pamrih akan dirasakan anak didik
sebagai contoh atau teladan dari orang tuanya yang memberi arti bagi kehidupan
pribadi anak yang mandiri.
Yaumil
C.Akhir (Djuriah M. Utja,1995) dalam membahas fungsi keluarga, mengemukakan
bahwa terdapat beberapa fungsi keluarga, yaitu:
a)
Fungsi keagamaan
b)
Fungsi social budaya
c)
Fungsi cinta kasih
d) Fungsi
perlindungan
e)
Fungsi reproduksi
f)
Fungsi sosialisasi dan pendidikan
g)
Fungsi ekonomi dan
h)
Pembinaan lingkungan
Keluarga
yang fungsional (normal) adalah keluarga yang ditandai dengan cicri-ciri
sebagai berikut.
1)
Saling memperhatikan dan mencintai.
2)
Bersikap tebuka dan jujur
3)
Orang tua mau mendengarkan anak,
menerima perasaanya dan mengakui pengalamanya
4)
Ada sheringmasalah diantara anggota
keluarga
5)
Mampu berjuang mengatasimasalah
kehidupannya
Apabila
suatu keluarga telah dapat melaksanakan fungsi-fungsi diatas, maka dalam
keluarga tersebut akan berkembang situasi kehidupan yang sakinah, mawaddah,
warahmah.Dalam hal ini, para anggota keluarga akan merasakan ketentraman batin,
kebagahagian hidup, karena adanya sikap mengasihi, mencintai dan membantu.
Sementara
keluarga yang disfungsional (tidak normal) ditandi denagan ciru-cirisebagai
berikut.
1)
Adanya pengekangan dorongan dan
penindasan perasaan.
2)
Mengalami kematian emosional, dingin
dalam pergaulan, kurang adanya kehangatan dan persahabatan, penuh kemuraman dan
kesedihan.
3)
Kurang bisa beradaptasi dengan keadaan
yang berubah
4)
Tidak berfungsinya struktur keluarga
Bagi
keluarga yang mengalami kondisi disfungsional seperti diatas, seringkali
dihadapkan kepada kebuntuan atuau kesulitan mencari jalan keluaratau pemecahan
masalah yang dihadapinya, sehingga apabila tidak segera mendapat bantuan dari
luar, maka masalah yang dihadapinyaakan semakin parah.
b.
Perkembangan
Pendidikan
Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan
demokratisasidalam bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Hal ini
berarti pemberian kesempatan kepada setiap orang untuk menikmati pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun oleh badan swasta. Kesempatan
terbuka ini menyebabkan berkumpulnya murid-murid dari berbagia kalangan yang berbeda-beda
latar belakangnyaantara lain:agama, etnis, keadaan social, adat istiadat, dan
ekonomi. Hal ini sering menimbulkan terjadinya kelompok-kelompokkecil yang
berusaha memisahkan diri dari kelompok besar dimana mereka berada. Dan hal ini
menambah meruncingnya pertentanagan-petentangan yang memerlukan pemecahan yang
sungguh-sungguh. Pemecahan ini dapat diperoleh dengan melaksanakan bimbingan
begi anggota kelompok yang bersangkutan.
Sebagai
akibat dari pelaksanaan falsafah demokrasi dan perkembangan teknologi, program
pendidikan harus disesuikan dengan kebutuhan masyarakat. Perkembangan
pendidikan tampak dalam 3 arah, ialah arah meninggi, meluas dan mendalam. Arah
meninggi tampak dalam bertambahnya kesempatan dan kemungkinan bagi murid untuk
mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Arah meluas tampak dalam
pembagian sekolah dalam bebagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan. Hal ini
menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk memilih jurusan yang khusus dan
memilih bidang studi yang tepat bagi setiap murid.
Arah
mendalam tampak dalam berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan
pertumbuhan tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi. Perkembangan kearah ini
bersangkut paut pula dengan kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap
bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid
memerlukan perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula
terasa sekali kebutuhan akan bimbingan disekolah.
c.
Duni
Kerja
Dewasa
ini masalah karir telah menjadi komponen layanan bimbingan yang lebih penting
dibandingkanpada masa sebelumnya. Fenomena ini disebabkan oleh adanya berbagai
perubahan dalam dunia kerja, terutama pada tahun1970-an. Berbagai perubahan itu
diantaranya sebagai berikut:
1)
Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap
para pekarja yang tidak memiliki keterampilan.
2)
Meningkatnya kebutuhan terhadap para
pekerja yang professional dan memiliki keterampilan tekhnik.
3)
Berkembangnya perindustrian diberbagai
daerah.
4)
Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan
sebagai dampak dari penerapan teknologi maju.
5)
Berbagai jenis pekerjaan yang baru
memerlukan cara-cara pelayanan yang baru.
d.
Perkembangan
Kota Metropolitan
Sehubungan
denagan hal diatas, Saeful Dullah (Potret Pertumbuhan Kota di Abad ke-21,
pikiran rakyat, 14-91996) mengemukakan dampak sosil yang buruk dari pertumbuhan
kota di abad -21, terutama kota-kota berkembang yaitu sebagai berikut:
1)
Umumnya migrasi orang desa kekota
dinegara berkembanglebih banyak dimotivasi dengan niat untuk “mengadu nasib”
ketimbang untuk “memenuhi permintaan kebutuhan pekerjaan “ sebagaimana halnya
banyak terjadi dalam proses urbanisasi nagara-nagara industri di abad-19.
2)
Tidak mengherankan apabila masalah
pengangguran dan kemiskinan dengan segala akibat social yang
ditimbulkannya diproyeksikan akan
semakin menjadi masalah serius bagi sejumlah kota besar dinegara berkembang.
3)
Yang paling menyadihkan lagi adalah
bahwa Bank Dunia memperkirakan bahwa pada tahun 2000, setiap tahunnya tidak
kurang dari 5 juta anak akan meninggal akibat lingkungan yang semakin buruk.
Kondisi
kehidupan diatas dapat menjadi sumber pemicu malapetaka kehidupan terutama
menyangkut masalah-masalah psikologis seperti gejala “maladjustment “ dan “Pathologic”
(gangguan jiwa dan sakit jiwa).
e.
Perkembangan
Komunikasi
Dampak media massa
(terutama televisi) terhadap kehidupan manusia sangatlah besar. Pengaruhnya
seperti virus influenza mudah menyebar ketubuh manusia. Dewasa ini anak-anak
dan para remaja rata-rata menghabiskan waktu setiap harinya sekitar 6 jam untuk
menonton televisi. Propaganda atau iklan yang ditayangkan televise
Disamping
itu program-program yang ditayangkannya tidak sedikit merusak nilai-nalai
pendidikan, karena banyak adegan kekerasan, mistik, dan moral. Sehubungan
dengan hal tersebut, sangatlah penting bagi orang tua untuk membimbing anak
dalam tayangan yang ditontonnya secara kritis. Dalam hal ini layanan bimbingan
yang memfasilitasi berkembangnya kemampuan anak dalam mengambil keputusan (decision-making skill) merupakan
pendekatan yang sangat tepat.
f.
Seksisme
dan Rasisme
Seksisme
merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin
lainnya. Sedangkan rasisme paham yang mengunggulkan ras yang satu dari ras
lainnya. Fenomena ini seperti nampak dari sikap para orang tua yang masih
memegang budaya tradisional dalam pemilihan karir bagi anak wanita, yaitu
membatasi atau tidak memberikan kebebasan kepada anak wanita untuk memilih
sendiri karir yang diminatinya
Rasisme
masih menyelimuti iklim kehidupan masyarakat di Amerika. Selama tahun 1978-1979
para pemimpin kulit hitam sudah bersikap apatis dalam melewatkan perlakuan
diskriminatif (rasisme) terhadap mereka. Perlakuan diskriminatif atau rasisme
ini seperti ada pembatasan pemberian kesempatan bekerja kepada ka;angan muda
kulit hitam. Kondisi ini menyebabkan semakin banyaknya pengangguran dikalangan
muda kulit hitam, yang diperkirakan sekitar 25%.
g.
Kesehatan
Mental
Maslah
kesehatan mental di Amerika Serikat ternyata semakin marak, tidak dapat
dihentikan. Data tentang maraknya masalah kesehatan mental ini dilaporkan oleh
coleman yang melakukan survey pada tahun 1974. Laporan itu menunjukkan bahwa (a)
10 juta orang Amerika mengalami gangguan jiwa (neurotic), (b) dua juta orang
mengalami sakit jiwa (psikosis), 200.000 orang atu lebih mencoba melakukan
bunuh diri, (c) empat juta orang atau lebih mengalami kepribadian anti social,
(d) 1.5 juta remaja atau orang dewasa melakukan kejahatan yang serius, (e)
500.000 orang berurusan dengan lembaga-lembaga pengadilan, (f) Sembilan juta
orang kecanduan minuman keras (alcohol),
(g) satu juta orang atau lebih menyalahgunakan obat-obat terlarang dan (h) 5.5
juta anak-anak dan orang dewasa mengalami gangguan emosional.
Terkait
dengan masalah ini, maka sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga perusahaan
dituntut untuk menyelenggarakan program layanan bimbingan dan konseling dalam
upaya mengembangkan mental yang sehat, dan mencegah serta menyembuhkan
mentalyang tidak sehat.
h.
Perkembangan
Teknologi
Dengan
perkembangan teknologi yang pesat, timbul dua masalah penting yang menyebabkan
kerumitan stuktur dan keadaan masyarakat, ialah (1) penggantian sebagian besar
tenaga kerja dengan alat-alat mekanisme-elektronik, (2) bertambahnya
jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru yang menghendaki keahlian khusus dan
memerlukan pendidikan khusus pula bagi orang-orang yang hendak menjabatnya.
Kedua masalah ini menimbulkan kebutuhan bagi orang-orang yang bersangkutan,
terutama murid-murid disekolah, untuk mendapatkan pengetahuan tentang berbagai
pilihan jabatan dan cara memilihnya dengan tepat.
Hal
ini menimbulkan kebutuhan pada mereka untuk meminta bantuan kepada orang lain
atau badan yang berwenang untuk memecahkannya.
Dan disinilah kebutuhan akan bimbingan iti terasa sangat dibutuhkan.
i.
Kondisi
Moral dan Keagamaan
Kebebasan
untuk menganut agama sesuai dengan keyakinan masing-masing individu menyebabkan
seorang individu berfikir dan menilai setiap agama yang dianutnya .
Kadang-kadang menilainya berdasarkan nilai-nilai moral umum yang dianggapnya
paling baik. Hal semacam ini kadang-kadang menimbulkan keraguan akan
kepercayaan yang telah diwarisinya dari orang tua mereka.
Dalam
pada itu, terutama pada para kaum wanita, penilaian terhadap keykinanagama itu
sering didasarkan atas kesenangan pribadi yang nyata yang akan membawa kepada perasaan tertekan
oleh norma-norma agama ataupun nili moral yang dianut oleh orang tuanya atau
masnyarakat terdekat. Ini dibandingkannya
pula dengan norma-norma yang telah diciptakan dalan kelompok mereka
sendiri. Dengan demikian mereka akan dihadapkan kepada pilihan-pilihan yang
tidak mudah untuk ditentukan, karena menyangkut hal yang sangat mendasar dan
peka. Makin banyak ragamnya penilain, makin besar pula konflik yang diderita
oleh individu yang bersangkutan dan semakin terasalah kebutuhan akan bimbingan
yang baik untuk menanggulanginya.
j.
Kondisi
Sosial Ekonomi
Perbedaan yang besar
dalam factor ekonomi diantara anggota kelompok campuran, menimbulkan masalah
yang berat. Masalah ini terutama sangat dirasakan oleh individu yang berasal
dari golongan ekonomi lemah, tidak mampu, atau golongan “rendahan”. Dikalangan
mereka, terutama anak-anak yang berasal dari social ekonomi lemah, tidak
mustahil timbul kecemburuan social, perasaan rendah diri, atau perasaan tidak
nyaman untuk bergaul dengan anak-anak dari kelompok orang-orang kaya. Untuk
menanggulangi masalah ini dengan sendirinya
memerlukan adanya bimbingan, baik terhadap mereka yang datng dari
golongan yang kurang mampu ataupun mereka dari golongan sebaliknya.